Tari Piring (atau dalam bahasa Minangkabau disebut Tari Piriang) adalah salah satu kesenian tradisional paling ikonik dan memesona dari Sumatera Barat, khususnya yang secara tradisional berasal dari Solok. Tarian ini menampilkan atraksi gerak cepat, lincah, dan teratur, di mana para penari dengan mahir mengayunkan piring di telapak tangan mereka tanpa terlepas, diiringi irama musik yang dinamis. Lebih dari sekadar pertunjukan, Tari Piring adalah cerminan kekayaan filosofis, sejarah panjang, dan identitas budaya masyarakat Minangkabau yang menjunjung tinggi nilai syukur dan kerja keras.
Penjelasan Mendalam

Source: https://packagepadang.com/tari-piring-minangkabau/
I. Sejarah dan Fungsi Awal (Abad ke-12 Masehi)
Asal-usul Tari Piring dapat ditelusuri jauh ke belakang, diperkirakan muncul sekitar abad ke-12 Masehi, di masa masyarakat Minangkabau masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.
1. Ritual Pemujaan dan Kesuburan
Pada masa awal kemunculannya, Tari Piring memiliki fungsi utama sebagai tarian ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa—khususnya Dewi Padi—atas hasil panen yang melimpah dan perlindungan dari mara bahaya.
- Properti Piring: Piring yang digunakan pada saat itu tidak kosong, melainkan diisi dengan berbagai sesaji berupa makanan hasil panen.
- Gerakan: Gerakan para penari—yang biasanya adalah gadis-gadis—meniru langkah-langkah dalam proses bercocok tanam, seperti mencangkul, menyiangi (membersihkan rumput), dan memanen. Ini melambangkan keterikatan mereka dengan alam dan pekerjaan di sawah.
2. Pergeseran Fungsi Setelah Masuknya Islam
Seiring masuk dan berkembangnya agama Islam di Minangkabau pada abad ke-14 dan seterusnya, fungsi ritual Tari Piring bergeser. Tarian ini tidak lagi dipersembahkan untuk dewa-dewa, tetapi berubah menjadi sarana hiburan dan ungkapan syukur kepada Allah SWT.
- Tujuan Baru: Tari Piring mulai ditampilkan dalam acara-acara keramaian, pesta rakyat, upacara adat (seperti perkawinan, pengangkatan penghulu), hingga penyambutan tamu kehormatan.
- Perkembangan Masa Kerajaan: Tarian ini sempat menjadi bagian dari pertunjukan seni istana Pagaruyung, dan gerak-gerak yang berkesan erotis (melambangkan kesuburan) dihilangkan atau dimodifikasi agar sesuai dengan nilai-nilai Islam.
II. Struktur Gerakan dan Makna Filosofis
Gerakan Tari Piring sangat terperinci dan mengandung makna filosofis mendalam tentang kehidupan masyarakat Minangkabau:
| Fase Gerakan | Contoh Gerak | Makna Filosofis |
| Awal (Pasambahan) | Gerak Pasambahan, Singanjuo Lalai | Syukur & Penghormatan. Gerakan Pasambahan (oleh penari pria) adalah bentuk rasa syukur kepada Tuhan dan penghormatan kepada penonton. Singanjuo Lalai (oleh wanita) melambangkan suasana pagi hari yang sejuk. |
| Inti (Bercocok Tanam) | Gerak Mencangkul, Gerak Menyiang, Gerak Menggampo Padi | Kerja Keras & Gotong Royong. Seluruh gerakan pada fase ini merepresentasikan tahapan dalam bercocok tanam, melambangkan kerja keras, kegigihan, dan semangat gotong royong masyarakat Minang dalam mencari rezeki. |
| Penutup (Puncak Atraksi) | Gerak Berlari/Melunyah, Gerak Memutar Piring, Atraksi Menginjak Piring Pecah | Keberanian & Keberkahan. Gerakan cepat dan dinamis mencerminkan kegembiraan dan semangat hidup. Atraksi menari di atas pecahan piring melambangkan keberanian, daya tahan, dan kesiapan menghadapi tantangan dalam hidup. |
Ekspor ke Spreadsheet
Ciri Khas Piring: Piring yang dipegang erat di telapak tangan melambangkan hasil panen dan kesejahteraan. Dentingan piring yang beradu selama tarian (dari ketukan cincin di jari) menambah semarak dan menunjukkan kelihaian penari.
III. Iringan Musik, Properti, dan Tata Busana
Tari Piring merupakan kesatuan seni yang harmonis antara gerak, bunyi, dan rupa.
1. Iringan Musik
Musik pengiring Tari Piring sangat khas dengan alat musik tradisional Minangkabau, yaitu:
- Talempong: Alat musik pukul yang menghasilkan melodi.
- Saluang: Alat musik tiup tradisional yang memberikan nuansa melankolis dan syahdu.
- Gong dan Rebana: Digunakan sebagai penentu tempo dan panduan langkah, terutama Gong yang menjadi penentu ketukan utama.
- Tempo: Iringan musik dimulai dengan tempo yang lembut dan teratur (melambangkan ketenangan), kemudian perlahan-lahan meningkat menjadi cepat dan dinamis (melambangkan kegembiraan dan kerja keras).
2. Properti dan Busana
- Properti: Piring adalah properti utama yang dibawa di kedua telapak tangan. Properti pendukung lain adalah Damar (sejenis lampu atau lilin) yang terkadang diletakkan di piring untuk tarian yang lebih modern.
- Busana: Penari mengenakan pakaian adat Minangkabau yang cerah dan mewah:
- Penari Wanita: Mengenakan Baju Kurung berbahan beludru atau satin, dipadukan dengan Kain Songket di bagian bawah, serta Selendang dan penutup kepala (tikuluak tanduak atau hiasan kepala lain) bernuansa merah, kuning, dan emas.
- Penari Pria: Mengenakan pakaian Rang Mudo (seperti pakaian silat) dilengkapi celana besaran gelombang, destar (penutup kepala), dan cawek (ikat pinggang).
Tari Piring tidak hanya memukau karena keindahannya, tetapi juga karena mengandung serangkaian keunikan artistik dan keajaiban atraksi yang membuatnya berbeda dari tarian tradisional lainnya.
Berikut adalah penjelasan mengenai keunikan dan keajaiban Tari Piring:
I. Keunikan Artistik dan Filosofis

Source: https://www.bola.com/ragam/read/5317280/makna-tari-piring-beserta-cirinya
Keunikan Tari Piring terletak pada elemen-elemennya yang sarat makna budaya Minangkabau:
1. Properti yang Sekaligus Menjadi Elemen Tari
Keunikan utama tentu adalah penggunaan piring keramik atau porselen di kedua telapak tangan penari. Piring ini bukan sekadar aksesoris, tetapi merupakan perpanjangan dari gerakan penari.
- Makna Piring: Piring melambangkan hasil bumi, bejana, atau wadah sesaji pada masa pra-Islam, dan kini dimaknai sebagai simbol rezeki, kemakmuran, dan kesejahteraan.
- Suara yang Dihasilkan: Dentingan halus piring yang beradu dengan cincin di jari penari (damar) menghasilkan irama tambahan yang berpadu dengan musik, menciptakan dimensi audio yang unik.
2. Gerakan yang Lincah dan Cepat tanpa Menjatuhkan Piring
Kontras antara sifat piring yang rapuh dan gerakan penari yang sangat cepat dan dinamis adalah daya tarik artistik.
- Penari melakukan gerakan memutar, mengayun, dan berlari dalam tempo tinggi, namun piring harus tetap seimbang dan menempel pada telapak tangan. Kelihaian ini memerlukan fokus dan pelatihan yang ekstrem, melambangkan kedisiplinan dan kegigihan masyarakat Minang.
3. Integrasi Gerak Silat (Silek)
Banyak gerakan dasar Tari Piring, seperti langkah, putaran, dan kuda-kuda, bersumber dari Silek Minangkabau (Pencak Silat).
- Integrasi ini memberikan kesan yang gagah, energik, dan terstruktur pada tarian, sekaligus menegaskan bahwa tarian ini bukan hanya tentang keindahan, tetapi juga tentang kekuatan dan ketahanan diri.
4. Transformasi Fungsi Sejarah
Tari Piring adalah contoh tarian yang berhasil bertransformasi dan bertahan:
- Berawal sebagai tarian ritual kesuburan dan syukur kepada dewa (masa pra-Islam), lalu bergeser menjadi tarian hiburan kerajaan (masa Pagaruyung), dan kini menjadi tarian penyambutan kehormatan (acara adat dan pariwisata). Keunikan ini menunjukkan adaptabilitas budaya Minang terhadap perubahan zaman dan agama.
II. Keajaiban Atraksi dan Puncak Pertunjukan

Source: https://bali.viva.co.id/gumi-bali/6313-sejarah-dan-filosofi-tari-piring-dari-minangkabau
Keajaiban Tari Piring seringkali muncul pada bagian akhir pementasan, yang berfungsi sebagai klimaks yang memukau penonton:
1. Atraksi Menginjak Pecahan Kaca/Piring
Inilah momen yang paling memukau dan sering disebut sebagai “keajaiban” dalam pertunjukan Tari Piring:
- Pada akhir tarian, piring-piring yang dibawa penari dilemparkan ke lantai hingga pecah menjadi serpihan.
- Para penari kemudian melanjutkan tarian dengan bertelanjang kaki di atas pecahan piring atau kaca tersebut.
- Makna Keajaiban: Atraksi ini melambangkan keberanian, daya tahan spiritual, dan ketidakgentaran menghadapi tantangan hidup. Dari sudut pandang mistis, adegan ini juga diyakini menunjukkan kekuatan supranatural atau spiritual para penari (meskipun dalam pementasan modern, ini lebih dipandang sebagai atraksi koreografi yang membutuhkan keahlian fisik luar biasa).
2. Pola Lantai yang Dinamis dan Simbolis
Penari Tari Piring bergerak dalam pola lantai yang terus berubah (lingkaran besar, lingkaran kecil, spiral, vertikal, dan horizontal). Keajaibannya terletak pada transisi yang mulus antara pola-pola ini sambil menjaga kecepatan dan keseimbangan piring. Pola lantai ini melambangkan:
- Kebersamaan: Gerakan membentuk lingkaran (simbol gotong royong).
- Perjalanan Hidup: Gerakan maju-mundur dan spiral (simbol proses dan tantangan kehidupan).
3. Kombinasi Iringan Musik dan Gerak yang Sinkron
Kecepatan musik Talempong dan Saluang seringkali berpacu hingga mencapai tempo yang sangat cepat pada klimaks pertunjukan. Penari mampu mempertahankan sinkronisasi gerakan yang sangat presisi dengan irama cepat tersebut, menciptakan harmoni yang magis dan membangkitkan semangat.
Kesimpulan
Tari Piring adalah mahakarya seni dan filosofi Minangkabau yang berhasil bertahan dan beradaptasi melalui rentang waktu ratusan tahun. Tarian ini bukan hanya sekadar unjuk keterampilan memutar dan menjaga piring di tangan, melainkan sebuah narasi visual tentang rasa syukur, etos kerja, kegigihan, dan keberanian masyarakat Minang.
Dari ritual pemujaan Dewi Padi di masa lampau hingga menjadi tarian penyambutan tamu terhormat di masa kini, Tari Piring selalu membawa pesan inti: bahwa kehidupan adalah perpaduan antara kerja keras di ladang (digambarkan oleh gerak menanam) dan perayaan atas berkah yang diterima (digambarkan oleh gerak dinamis dan atraksi yang berani). Tari Piring adalah identitas Minangkabau yang berharga dan warisan budaya Indonesia yang harus terus dilestarikan.
Tunggu apa lagi? Yuk, ajak bestie atau keluarga kamu ke Royal ole2 untuk berbelanja oleh-oleh,tersedia 2000 varian oleh oleh didalam nya.
Cari produk oleh oleh lainya cuma di Royal Ole2
Jangan lewatkan update royalole2 di Instagram Royal Ole2


