Email Address

info@royalole2.com

Our Location

Jl. Ir. Soekarno No.112 Kota Batu

Festival Obon: Jendela Spiritual Jepang, Perayaan Ikatan Antar Generasi

festival obon

Festival Obon ($\text{お盆}$), juga dikenal sebagai Bon Matsuri atau Urabon, adalah salah satu perayaan tradisional dan spiritual yang paling penting di Jepang. Berlangsung selama tiga hingga empat hari, biasanya pada pertengahan Agustus (meskipun beberapa wilayah merayakannya pada pertengahan Juli), Obon adalah periode sakral ketika masyarakat Jepang percaya bahwa arwah leluhur kembali ke dunia ini untuk mengunjungi keluarga mereka. Obon bukan hanya ritual keagamaan, tetapi juga sebuah fenomena sosial besar yang menggarisbawahi rasa hormat yang mendalam orang Jepang terhadap leluhur, memperkuat ikatan keluarga, dan melestarikan warisan budaya.

I. Asal-Usul dan Makna Teologis

Source: https://savvytokyo.com/obon-the-japanese-festival-of-the-dead/

A. Akar Historis dari Buddhisme

Festival Obon memiliki akar yang dalam dalam tradisi Buddhisme dan diperkirakan telah dirayakan di Jepang sejak sekitar abad ke-7 Masehi. Nama “Obon” sendiri merupakan singkatan dari istilah Sanskerta “Ullambana” ($\text{盂蘭盆}$ – $\text{Urabon}$), yang secara harfiah berarti “tergantung terbalik,” merujuk pada penderitaan hebat yang dialami oleh roh-roh di alam baka.

B. Kisah Murid Buddha

Inti teologis Obon berasal dari kisah Mokuren (atau Maudgalyayana), salah satu murid Buddha Shakyamuni yang memiliki kemampuan melihat alam roh. Mokuren melihat ibunya menderita kelaparan yang tak terpuaskan di Realm of Hungry Ghosts ($\text{Gaki-dou}$ – $\text{餓鬼道}$).

Atas saran Sang Buddha, Mokuren mengadakan persembahan makanan dan minuman kepada para biksu dan komunitas Sangha pada hari ke-15 bulan ketujuh. Persembahan ini dimaksudkan untuk membebaskan jiwa ibunya dan roh-roh yang tersiksa lainnya dari penderitaan mereka. Karena gembira ibunya terbebas, Mokuren menari dengan sukacita, yang kemudian diyakini sebagai asal mula dari tarian tradisional Obon, Bon Odori.

C. Makna Inti Obon

Meskipun akarnya religius, Obon telah berintegrasi erat dengan pemujaan leluhur Shinto dan telah berkembang menjadi tradisi nasional. Makna Obon hari ini adalah:

  1. Hormat kepada Leluhur: Menyambut dan menghibur roh leluhur yang pulang.
  2. Rasa Syukur: Mengucapkan terima kasih atas kehidupan dan warisan yang diturunkan oleh generasi sebelumnya.
  3. Mempererat Ikatan: Menjadi momen penting bagi keluarga yang tinggal terpisah untuk berkumpul.

II. Ritual dan Tradisi Empat Hari

Source: https://www.tribunnews.com/travel/2020/05/04/fakta-unik-obon-festival-musim-panas-menyambut-kembalinya-arwah-leluhur-dalam-keluarga-di-jepang

Perayaan Obon adalah serangkaian ritual yang detail, dirancang untuk menyambut arwah pulang, menghibur mereka, dan mengantar mereka kembali ke alam roh. Periode ini sering disebut Obon Yasumi (liburan Obon), yang memicu migrasi massal di Jepang karena banyak orang pulang ke kampung halaman (Furusato).

A. Hari Pertama: Mukaebi (Api Penyambutan)

Source: https://howliday.id/tradisi-obon-di-jepang-agustus-2025/

Pada tanggal 13 Agustus (di sebagian besar Jepang), keluarga memulai perayaan dengan ritual Mukaebi ($\text{迎え火}$, api penyambutan). Api unggun kecil atau lentera dinyalakan di depan rumah atau di pintu masuk kuburan. Cahaya ini berfungsi sebagai mercusuar untuk memandu arwah leluhur, yang telah melakukan perjalanan panjang dari alam roh, agar tidak tersesat dan dapat kembali dengan selamat ke rumah keluarga.

Pada hari ini, keluarga juga menyiapkan Shōryōuma ($\text{精霊馬}$), yaitu “Kuda Roh” dan “Sapi Roh” yang terbuat dari mentimun dan terong yang ditusuk dengan empat batang lidi sebagai kaki.

  • Mentimun (Kuda): Melambangkan kuda, agar arwah leluhur dapat tiba di rumah dengan cepat.
  • Terong (Sapi): Melambangkan sapi, agar arwah dapat kembali ke alam roh dengan perlahan-lahan dan penuh ketenangan setelah bersukacita bersama keluarga.

B. Hari Kedua: Ohakamairi dan Persembahan

Hari-hari di tengah Obon diisi dengan kunjungan ke makam, yang dikenal sebagai Ohakamairi ($\text{お墓参り}$).

  • Membersihkan Makam: Keluarga membersihkan batu nisan, menyiraminya dengan air, dan menghiasinya dengan bunga, dupa, dan persembahan makanan. Tindakan ini merupakan ungkapan bakti dan rasa hormat kepada leluhur.
  • Altar Butsudan: Di rumah, altar Buddha (Butsudan) dihiasi dan diubah menjadi Shōryō-dana (altar roh). Persembahan makanan vegetarian murni (disebut Shōjin Ryōri) diletakkan di altar sebagai sajian bagi para leluhur.

C. Bon Odori (Tarian Obon)

Bon Odori ($\text{盆踊り}$) adalah elemen budaya yang paling terlihat dan meriah dari festival Obon. Tarian rakyat massal ini diadakan di lapangan terbuka, kuil, atau stasiun kereta api, di sekitar panggung tinggi yang disebut Yagura.

  • Sukacita Pembebasan: Tarian ini awalnya dimaksudkan untuk meniru tarian sukacita Mokuren atas pembebasan ibunya.
  • Kebersamaan: Bon Odori ditarikan oleh semua orang, tua dan muda, tanpa memandang kelas sosial, sering kali mengenakan yukata. Gerakannya sederhana dan berulang-ulang, memungkinkan siapa saja untuk berpartisipasi dan menyatu dalam kegembiraan komunal.

D. Hari Terakhir: Okuribi dan Tōrō Nagashi (Api Perpisahan)

Puncak dan penutup festival Obon adalah ritual perpisahan, Okuribi ($\text{送り火}$, api perpisahan), yang dilakukan pada tanggal 16 Agustus.

  • Mengantar Kembali: Api dinyalakan untuk memandu arwah agar kembali dengan tenang ke alam roh.
  • Tōrō Nagashi: Di banyak komunitas pesisir atau di dekat sungai, lentera kertas tradisional (Tōrō) yang dihias dan berisi persembahan dihanyutkan di sungai atau laut. Cahaya lentera yang mengambang perlahan di air adalah simbol visual yang puitis dari roh leluhur yang berlayar kembali ke dunia mereka, membawa kedamaian dan rasa syukur dari keluarga yang ditinggalkan.

III. Obon di Era Modern (± 250 Kata)

Source: https://ohayojepang.kompas.com/read/2557/5-kegiatan-selama-obon-acara-musim-panas-tradisional-dan-unik-di-jepang?page=all

Meskipun Festival Obon berakar dalam tradisi kuno, ia terus berevolusi dan tetap relevan dalam masyarakat Jepang modern.

A. Fenomena Ekonomi dan Sosial

Obon kini menjadi salah satu dari tiga periode liburan besar di Jepang (Golden Week, Obon, dan Tahun Baru). Fenomena U-turn (arus balik) saat orang-orang berbondong-bondong pulang ke kampung halaman dan kembali ke kota besar adalah ciri khas Obon.

B. Melestarikan Identitas Budaya

Di tengah modernisasi yang pesat, Obon berfungsi sebagai jangkar budaya. Ritual ziarah makam, berkumpul bersama keluarga besar, dan tarian Bon Odori menjadi sarana efektif bagi generasi muda untuk terhubung kembali dengan akar dan identitas budaya mereka, serta menghargai nilai-nilai bakti anak dan keterikatan keluarga.

C. Daya Tarik Wisata

Beberapa tradisi Okuribi telah menjadi tontonan spektakuler yang menarik wisatawan global. Contohnya adalah Gozan no Okuribi (Daimonji) di Kyoto, di mana lima api unggun raksasa dibentuk menjadi karakter kanji ($\text{大}$, $\text{妙}$, $\text{法}$) dan bentuk lain di lereng gunung untuk mengantar roh-roh. Ini menunjukkan bahwa Obon, meskipun merupakan ritual sakral, juga merupakan jendela budaya yang menakjubkan bagi dunia luar.


Festival Obon ($\text{お盆}$), yang secara spiritual berakar dari tradisi Buddha dan pemujaan leluhur lokal Jepang, adalah sebuah perayaan yang penuh dengan keunikan dan keajaiban. Ini bukan sekadar festival musim panas biasa, melainkan sebuah periode sakral yang menjadi jembatan antara dunia orang hidup dan dunia roh.

1. Keunikan: Reuni Suci Antara yang Hidup dan yang Telah Tiada

Keunikan terbesar Obon adalah kepercayaan yang mendasarinya: bahwa arwah leluhur secara harfiah kembali ke dunia selama beberapa hari untuk mengunjungi dan berkumpul bersama keluarga mereka. Ini bukan sekadar mengenang, melainkan sebuah reuni spiritual tahunan.

AspekRitual KhasKeunikan & Makna
Pemandu ArwahMukaebi ($\text{迎え火}$, Api Penyambutan)Api unggun kecil atau lentera yang dinyalakan di depan rumah atau makam. Asap dan cahayanya dipercaya menjadi mercusuar yang memandu arwah leluhur agar tidak tersesat dalam perjalanan pulang.
Kendaraan RohShōryōuma ($\text{精霊馬}$)Persembahan unik berupa terong dan mentimun yang ditusuk lidi sebagai kaki. Mentimun melambangkan kuda (agar arwah cepat tiba), dan Terong melambangkan sapi (agar arwah kembali dengan lambat, menikmati waktu terakhir). Ini menunjukkan sentuhan kehangatan dan kepedulian manusiawi terhadap kenyamanan arwah.
Ziarah WajibOhakamairi ($\text{お墓参り}$)Tradisi membersihkan makam leluhur secara menyeluruh. Keluarga berkumpul untuk menyirami batu nisan dengan air dan mempersembahkan bunga, memastikan tempat peristirahatan leluhur bersih saat mereka “pulang.”

2. Keajaiban: Tarian Sukacita di Malam Hari (Bon Odori)

Bon Odori ($\text{盆踊り}$), atau Tarian Obon, adalah manifestasi keajaiban spiritual Obon yang paling menarik secara visual.

  • Tarian Pembebasan: Tarian ini berakar dari kisah murid Buddha, Mokuren, yang menari gembira setelah ibunya terbebas dari penderitaan di alam roh. Bon Odori, oleh karena itu, adalah tarian yang melambangkan sukacita pembebasan dan rasa syukur, bukan kesedihan.
  • Aura Komunal: Tarian ini dilakukan secara massal, di lingkungan kuil atau lapangan terbuka, mengelilingi panggung tinggi (Yagura). Gerakannya sederhana dan berulang, memungkinkan semua orang, tanpa memandang usia atau keahlian menari, untuk berpartisipasi dan menyatu dalam energi komunitas yang hangat dan meriah.
  • Transformasi Budaya: Bon Odori mengubah perayaan spiritual menjadi festival musim panas yang meriah, di mana orang-orang mengenakan Yukata (kimono musim panas) dan menikmati jajanan dari kios-kios makanan (Yatai), menciptakan perpaduan ajaib antara penghormatan sakral dan kegembiraan komunal.

3. Keunikan: Perpisahan Puitis dengan Cahaya (Okuribi & Tōrō Nagashi)

Keunikan Obon mencapai puncaknya pada malam terakhir, saat arwah diantar kembali ke alam baka dengan ritual cahaya yang sangat puitis.

Ritual KhasDeskripsi KeunikanKeajaiban Puitis
Okuribi ($\text{送り火}$)Api Perpisahan yang dinyalakan di gunung. Contoh paling spektakuler adalah Gozan no Okuribi (Daimonji) di Kyoto, di mana lima api unggun raksasa dibentuk menjadi karakter kanji ($\text{大}$, $\text{妙}$, $\text{法}$) di lereng gunung.Api ini adalah simbol fisik untuk mengirim arwah kembali, menyajikan pemandangan malam yang agung dan menakjubkan—seolah-olah gunung sendiri menjadi altar perpisahan.
Tōrō Nagashi ($\text{灯籠流し}$)Ritual menghanyutkan lentera kertas yang menyala di sungai atau laut. Setiap lentera membawa nama arwah leluhur.Cahaya lentera yang mengapung perlahan di air, menjauh menuju cakrawala, menciptakan pemandangan yang sangat menyentuh dan simbolis. Ini adalah perpisahan yang tenang dan indah, meyakini arwah telah kembali dengan damai.

4. Keajaiban Sosial: Pererat Ikatan (Kizuna)

Di luar ritual keagamaan, Obon memiliki keajaiban sosial yang sangat vital bagi masyarakat Jepang modern.

  • Liburan Pulang Kampung (U-Turn): Obon adalah salah satu dari tiga periode liburan penting (bersama Tahun Baru dan Golden Week) yang memicu migrasi besar-besaran. Jutaan orang Jepang yang tinggal dan bekerja di kota besar akan pulang ke kampung halaman (Furusato). Ini adalah waktu wajib bagi keluarga besar untuk berkumpul kembali, makan bersama, dan memastikan ikatan antar-generasi tetap kuat.
  • Pengajaran Keterikatan: Obon mengajarkan nilai bakti anak dan penghormatan kepada leluhur secara langsung kepada generasi muda. Dengan berpartisipasi dalam Ohakamairi dan menyiapkan persembahan, anak-anak memahami warisan dan akar keluarga mereka.

Secara keseluruhan, keunikan Festival Obon terletak pada perpaduan tradisi yang detail dan bermakna—dari kuda mentimun hingga tarian gembira—yang bertujuan untuk memperlakukan arwah sebagai tamu yang terkasih. Sementara keajaibannya terletak pada kemampuannya untuk mengubah momen penghormatan terhadap kematian menjadi perayaan kehidupan, sukacita, dan ikatan keluarga yang abadi, diterangi oleh ribuan lentera di bawah langit musim panas.

Kesimpulan

Festival Obon adalah perayaan Jepang yang unik dan memiliki kedalaman spiritual yang luar biasa. Berasal dari kisah pengorbanan Buddhis, festival ini telah menjelma menjadi tradisi nasional yang melambangkan penghormatan abadi kepada leluhur.

Dari gemerlap Mukaebi dan Tōrō Nagashi yang memandu arwah pulang-pergi, hingga tarian Bon Odori yang penuh sukacita, Obon adalah momen keharmonisan langka antara yang hidup dan yang telah tiada. Lebih dari sekadar liburan, Obon adalah pengingat penting tentang ikatan keluarga ($\text{kizuna}$), rasa syukur, dan siklus kehidupan abadi, yang terus memperkuat fondasi sosial dan spiritual masyarakat Jepang dari masa ke masa.

Tunggu apa lagi? Yuk, ajak bestie atau keluarga kamu ke Royal ole2 untuk berbelanja oleh-oleh,tersedia 2000 varian oleh oleh didalam nya.

Cari produk oleh oleh lainya cuma di Royal Ole2

Jangan lewatkan update royalole2 di Instagram Royal Ole2

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *