Email Address

info@royalole2.com

Our Location

Jl. Ir. Soekarno No.112 Kota Batu

Simfoni Semerbak di Jantung Kota: Batu Art Flower 2025, Kanvas Hidup yang Merayakan Kreativitas dan Alam

Di antara selimut kabut pagi yang memeluk lereng Arjuno dan semilir sejuk udara pegunungan, Kota Batu di Jawa Timur telah lama memegang predikat sebagai “De Kleine Zwitserland” atau Swiss Kecil di Pulau Jawa. Namun, di luar julukannya yang melegenda dan agrowisata apelnya yang kesohor, Kota Batu menyimpan sebuah mahakarya yang mekar setahun sekali, dimana sebuah perayaan kolosal yang mengubah jalanan kota menjadi sungai bunga yang hidup. Perayaan ini disebut dengan Batu Art Flower (BAF). Acara Batu Art Flower bukan sekadar karnaval, melainkan deklarasi identitas, panggung di mana seni, alam, dan komunitas berpadu dalam harmoni yang memukau dunia.

Batu Art Flower yang sering juga dikenal sebagai Batu Flower Carnival adalah bagian dari rangkaian perayaan Hari Jadi Kota Batu yang diadakan setiap tahun. Batu Art Flower adalah sebuah pertunjukan yang menempatkan bunga sebagai bintang utama dalam perayaan kota Batu. Batu Art Flower adalah jawaban Kota Batu atas festival bunga kelas dunia seperti Pasadena Rose Parade di Amerika Serikat atau Bloemencorso di Belanda, namun dengan jiwa dan konsep kearifan lokal yang kental. Batu Art Flower ini seperti etalase berjalan di toko ataupun galeri seni outdoor yang bergerak. Di mana puluhan kendaraan hias raksasa, ratusan penari, dan ribuan pasang mata tumpah ruah di arteri utama kota Batu.

Sejarah Batu Art Flower

Sejarah Batu Art Flower dimulai dengan memahami identitas Kota Batu. Sejak era kolonial, tanah vulkanis yang subur dan iklim sejuknya telah menjadikan kawasan ini sebagai lumbung hortikultura. Berbagai jenis bunga, mulai dari mawar, krisan, anggrek, hingga gladiol. Semua bunga dapat tumbuh subur di desa-desa seperti Gunungsari dan Sidomulyo. Desa-desa ini bukan hanya sekadar pemasok bunga potong untuk kota-kota besar, tetapi juga merupakan jantung ekonomi subsistem yang menghidupi ribuan petani. Dari sinilah pemerintah Kota Batu berupaya untuk mendorong perkembangan industri bunga potong.

Batu Art Flower lahir dari kesadaran ini. Pemerintah kota dan para pemangku kepentingan pariwisata melihat potensi luar biasa untuk “menjual” identitas ini tidak hanya dalam bentuk produk (bunga potong), tetapi juga dalam bentuk pengalaman (karya seni dan festival). Batu Art Flower ini digagas sebagai puncak apresiasi terhadap para petani bunga, sekaligus sebagai kanvas raksasa bagi para seniman dan kreator lokal untuk unjuk gigi.

Batu Art Flower: Dari Kota Bunga Menuju Pesta Seni

Konsepnya yangsederhana namun ambisius menggabungkan tiga elemen inti Kota Batu, yaitu Pariwisata, Pertanian (Florikultura), dan Seni. Hasilnya adalah sebuah parade yang tidak hanya memanjakan mata, tetapi juga menggerakkan ekonomi secara signifikan, dari hulu hingga hilir.

Menyaksikan Batu Art Flower adalah sebuah pengalaman multisensori. Jauh sebelum kendaraan hias pertama melintas, udara sudah dipenuhi aroma euphoria. Wangi semerbak ribuan kuntum bunga segar—mawar yang manis, lili yang tajam, dan krisan yang khas—bercampur dengan aroma ringan bensin dari kendaraan pengangkut dan antusiasme penonton yang berjejal. Warga Kota Batu dan Sekitarnya berbondong-bondong menyaksikan acara Batu Art Flower. Penonton dibuat takjub dengan keindahan karya seni melalui mobil hias yang melintas dalam Acara Batu Art Flower.

1. Mobil Hias: Mahakarya yang Bergerak di Batu Art Festival

Mobil Hias Batu Art Flower
Sebuah Mahakarya yang mengagumkan Mobil Hias yang penuh bunga berwarna-warni

Pusat perhatian Batu Art Flower tidak diragukan lagi adalah parade mobil hias (float). Ini bukan sekadar truk yang dihias seadanya. Ini adalah struktur arsitektural yang kompleks, patung-patung kolosal yang dibalut sepenuhnya oleh bunga dan produk alam. Tema-tema yang diusung biasanya beragam, mulai dari replika ikon-ikon Kota Batu (seperti Jatim Park atau Museum Angkut), flora dan fauna mitologis (naga, garuda), hingga instalasi seni abstrak yang futuristik.

Bayangkan sebuah replika Candi Jago setinggi lima meter, setiap relief dan stupanya dirangkai dengan teliti dari ribuan kelopak bunga krisan kuning dan putih. Atau sebuah patung burung merak raksasa yang sayapnya terkembang, dibuat dari susunan daun pakis dan bunga anggrek bulan. Setiap kendaraan hias adalah hasil kerja berbulan-bulan, sebuah testamen atas kesabaran dan ketelitian yang luar biasa. Material yang digunakan pun sangat ditekankan untuk berasal dari alam. Selain bunga segar, para peserta Batu Art Flower memanfaatkan sayuran, buah-buahan, biji-bijian, dan elemen tanaman kering, menciptakan tekstur dan palet warna yang kaya.

2. Iringan Kostum di Batu Art Flower : Teater Jalanan yang Dinamis

Mengiringi kendaraan hias adalah barisan para penampil. Ini bukan sekadar marching band biasa. Ratusan peserta, mulai dari pelajar, sanggar tari, hingga perwakilan desa, tampil dalam kostum-kostum spektakuler yang tak kalah rumitnya. Mereka adalah perpanjangan visual dari tema kendaraan hias di belakangnya.

Para penari mengenakan kostum yang terinspirasi dari Jember Fashion Carnaval atau Banyuwangi Ethno Carnival, namun dengan sentuhan khas Batu. Rangka-rangka kawat besar di punggung mereka dihiasi dengan bunga, bulu, dan kain-kain cerah, mengubah mereka menjadi kupu-kupu raksasa, dewi-dewi bunga, atau prajurit mistis. Langkah mereka diiringi oleh musik yang mengentak, perpaduan antara gamelan tradisional, perkusi modern, dan lagu-lagu daerah yang diaransemen ulang, menciptakan atmosfer pesta yang sesungguhnya.

Di Balik Tirai Wangi: Denyut Nadi Komunitas

Kemegahan yang tersaji di jalan raya selama beberapa jam itu hanyalah puncak dari gunung es. Kekuatan sejati Batu Art Flower terletak pada proses di baliknya, sebuah proses yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.

Di bengkel-bengkel kerja (workshop) yang tersebar di berbagai sudut kota, beberapa minggu sebelum hari-H, kesibukan mencapai puncaknya. Para seniman, tukang las, desainer, dan relawan bekerja siang malam. Proses dimulai dari desain di atas kertas, berlanjut ke pembuatan rangka besi yang kokoh, lalu pemasangan alas, dan akhirnya, bagian paling krusial: merangkai bunga.

Ini adalah pekerjaan yang berpacu dengan waktu. Karena bunga segar yang digunakan, proses perangkaian masif biasanya baru bisa dimulai H-2 atau H-1 acara. Puluhan hingga ratusan orang dari satu tim—terdiri dari ibu-ibu PKK, karang taruna, hingga para profesional—bekerja tanpa henti. Mereka menyortir, memotong, dan menancapkan puluhan ribu kuntum bunga satu per satu ke atas spons basah (floral foam) yang telah menempel di rangka.

Di sinilah semangat gotong royong terasa kental. Ada tawa, ada kopi yang terus mengalir, ada kelelahan, tetapi di atas segalanya, ada kebanggaan kolektif. Mereka tidak sedang bekerja untuk upah semata; mereka sedang membangun representasi dari harga diri desa, instansi, atau perusahaan mereka. Inilah yang membuat setiap kendaraan hias terasa memiliki “jiwa”.

Emas yang Mekar: Dampak Ekonomi dan Identitas

Batu Art Flower adalah sebuah investasi besar, tetapi pengembaliannya jauh lebih besar. Secara ekonomi, festival ini adalah magnet pariwisata. Puluhan ribu wisatawan, baik domestik maupun mancanegara, akan membanjiri kota. Tingkat hunian hotel (okupansi) melonjak drastis, seringkali mencapai 100% di sepanjang rute parade.

Restoran, kafe, dan pedagang kaki lima panen raya. Namun, dampak paling signifikan dirasakan di hulu: para petani bunga. Beberapa minggu sebelum acara, pesanan bunga dari para peserta karnaval melonjak tajam. Batu Art Flower menciptakan permintaan pasar yang terkonsentrasi dan masif, memberikan kepastian serapan hasil panen dengan harga yang baik. Festival ini secara harfiah adalah perputaran ekonomi yang dimulai dari kebun petani, bergerak ke tangan seniman, dan berakhir di mata wisatawan.

Penutup Batu Art Flower : Warisan yang Terus Mekar

Secara identitas, Batu Art Flower adalah alat branding kota yang sangat kuat. Ia mengukuhkan citra Kota Batu tidak lagi hanya sebagai tempat peristirahatan atau kota apel, tetapi sebagai “Kota Bunga” yang kreatif dan dinamis. Festival ini memberikan panggung bagi talenta-talenta lokal yang mungkin sebelumnya tidak terlihat, menumbuhkan ekosistem industri kreatif yang sehat.

Batu Art Flower lebih dari sekadar iring-iringan kendaraan hias. Ia adalah sebuah narasi. Narasi tentang tanah yang subur, tangan-tangan terampil, dan semangat komunal yang tak pernah padam. Ia adalah cara Kota Batu bercerita kepada dunia tentang siapa mereka: sebuah komunitas yang mampu mengubah karunia alam menjadi sebuah mahakarya seni yang adiluhung.

Saat kendaraan hias terakhir melintas dan kerumunan perlahan membubarkan diri, yang tersisa bukan hanya jalanan yang dipenuhi kelopak bunga yang rontok. Yang tersisa adalah inspirasi, kebanggaan, dan aroma semerbak dari sebuah kota yang tahu bagaimana cara merayakan hidup. Batu Art Flower adalah simfoni yang akan terus didendangkan, mekar kembali tahun demi tahun, semakin megah, dan semakin mengakar di hati masyarakatnya.


Inilah artikel singkat tentang Batu Art FLower 2025. Kalian bisa baca artikel ini sambil ditemani cemilan favorit kamu dan kamu bisa cari cemilan lengkap di royal ole2 lohh!!

Tunggu apa lagi? Yuk, ajak bestie, pacar atau keluarga kamu ke Royal oleh-oleh untuk berbelanja oleh-oleh,tersedia 2000 varian oleh oleh didalam nya.

Cari produk oleh oleh lainya cuma di Royal Ole2

Jangan lewatkan update royalole2 di Instagram Royal Ole2

resto 360

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *