
Sumber foto by: https://id.pinterest.com/pin/73253931434376452/
Salju sering kita kenal sebagai simbol musim dingin, keindahan alam, dan liburan akhir tahun. Tapi di balik bentuknya yang lembut dan putih bersih, salju menyimpan banyak fakta menarik yang mungkin belum kamu tahu. Yuk, simak lima di antaranya!
Bagaimana Salju Terbentuk?
Salju terbentuk dari uap air di udara yang berubah menjadi kristal es. Proses ini hanya terjadi jika suhu udara sangat dingin, biasanya di bawah 0°C.
Pertama, uap air naik ke atmosfer dan berkumpul di awan. Saat mencapai ketinggian tertentu, suhu di sana sangat rendah. Dalam suhu ini, uap air tidak berubah menjadi air cair terlebih dahulu, melainkan langsung menjadi kristal es — proses ini disebut deposisi.
Kristal es kecil ini kemudian mulai bergabung satu sama lain dan membentuk kepingan salju dengan bentuk unik dan berbeda-beda. Bentuknya tergantung pada suhu dan kelembapan udara saat kristal terbentuk.
Setelah cukup berat, kepingan salju akan jatuh ke bumi. Jika suhu di sepanjang jalur jatuhnya tetap dingin, salju akan sampai ke tanah dalam bentuk padat. Tapi kalau udara di dekat permukaan tanah lebih hangat, salju bisa mencair sebelum menyentuh tanah dan berubah menjadi hujan biasa.
Jadi, salju hanya bisa turun jika udara cukup dingin, dari awan sampai ke permukaan tanah. Itulah mengapa salju hanya terjadi di daerah atau musim yang sangat dingin.
1. Tidak Semua Salju Berwarna Putih
Saat mendengar kata salju, kita langsung membayangkan bentangan putih bersih yang menutupi pepohonan dan jalanan. Tapi tahukah kamu bahwa salju tidak selalu berwarna putih?
Secara teknis, kristal salju terbuat dari es, yang sebenarnya bening atau transparan. Warna putih yang kita lihat muncul karena cahaya matahari tersebar oleh permukaan kasar dan tak beraturan dari kristal salju. Cahaya dipantulkan secara acak ke segala arah, sehingga salju tampak putih bagi mata manusia.
Namun, dalam kondisi tertentu, salju bisa berwarna lain, seperti:
- Merah atau Merah Muda: Ini dikenal sebagai watermelon snow atau salju semangka. Warna ini berasal dari ganggang salju (Chlamydomonas nivalis) yang mengandung pigmen merah. Fenomena ini sering terjadi di pegunungan tinggi atau daerah kutub saat musim panas.
- Kuning atau Cokelat: Biasanya disebabkan oleh debu, serbuk sari, atau polutan yang terbawa angin dan bercampur dengan salju.
- Abu-abu atau Hitam: Ini bisa terjadi akibat polusi udara, abu vulkanik, atau bahkan sisa kebakaran hutan yang jatuh bersama salju.
Warna salju bisa memberi informasi penting tentang kondisi lingkungan sekitar, seperti tingkat polusi atau perubahan iklim. Jadi, kalau kamu melihat salju berwarna aneh, itu bisa jadi pertanda adanya sesuatu yang tidak biasa sedang terjadi.
2. Ada Lebih dari 35 Jenis Kristal Salju
Banyak orang berpikir semua kepingan salju berbentuk seperti bintang enam sisi. Memang bentuk itu yang paling populer di gambar atau dekorasi musim dingin, tapi kenyataannya jauh lebih beragam dan menakjubkan.
Para ilmuwan telah mengklasifikasikan lebih dari 35 bentuk dasar kristal salju, yang bisa berubah tergantung suhu dan kelembapan udara saat kristal terbentuk di atmosfer.
Beberapa bentuk umum kristal salju antara lain:
- Lempeng heksagonal (hexagonal plates) – bentuk datar seperti kepingan koin.
- Jarum (needles) – kristal panjang dan tipis.
- Kolom (columns) – mirip tabung kecil es.
- Dendrit bintang (stellar dendrites) – bentuk “bintang” bercabang yang paling sering kita lihat di ilustrasi.
- Agregat salju (snow aggregates) – kumpulan beberapa kristal salju yang menempel menjadi satu.
Meskipun begitu, tidak ada dua keping salju yang persis sama. Kombinasi suhu, kelembapan, tekanan udara, dan waktu membuat setiap kristal berkembang secara unik, seperti sidik jari alam.
Penelitian tentang bentuk kristal salju tidak hanya menarik secara visual, tapi juga penting dalam ilmu cuaca dan klimatologi. Bentuk kristal bisa memengaruhi bagaimana salju memantulkan cahaya matahari, menyerap panas, atau bahkan mempengaruhi akumulasi di permukaan bumi.
3. Suara Terdengar Lebih Hening Saat Turun Salju
Pernahkah kamu berjalan di luar saat salju turun, lalu merasa suasana jadi sangat tenang, hampir seperti dunia sedang membisukan diri? Ternyata itu bukan hanya perasaan — ada penjelasan ilmiahnya.
Salju segar yang baru turun memiliki struktur berpori, seperti spons. Setiap butiran salju terdiri dari banyak permukaan kecil yang saling menyentuh secara longgar. Struktur ini mampu menyerap gelombang suara, terutama suara frekuensi tinggi seperti derit, langkah kaki, atau suara kendaraan.
Akibatnya, suara-suara di sekitar menjadi lebih redup atau teredam, menciptakan efek “hening alami” yang sering kita rasakan saat hujan salju turun dengan lebat.
Namun, efek ini tidak bertahan lama. Saat salju mulai mencair, memadat, atau membeku kembali, pori-pori menghilang dan salju tidak lagi menyerap suara seefektif saat baru turun.
Fenomena ini membuat hujan salju terasa bukan hanya dingin secara fisik, tapi juga memberi ketenangan emosional bagi banyak orang, seperti menciptakan momen sunyi yang jarang ditemui dalam hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari.
4. Salju Bisa Jatuh Bahkan Saat Suhu di Atas 0°C
Kebanyakan orang mengira salju hanya bisa turun jika suhu udara berada di bawah 0°C. Tapi kenyataannya, salju masih bisa turun meskipun suhu di permukaan bumi sedikit di atas titik beku — misalnya 1°C atau 2°C.
Bagaimana bisa?
Kuncinya ada di suhu lapisan udara di atas permukaan tanah. Salju terbentuk di awan saat suhu sangat dingin (jauh di bawah 0°C). Ketika kepingan salju mulai jatuh, mereka melewati beberapa lapisan udara sebelum sampai ke tanah. Jika lapisan udara bawah tidak terlalu hangat atau cukup tipis, salju tidak sempat mencair sepenuhnya dan tetap jatuh dalam bentuk padat.
Dalam kondisi ini, kamu bisa melihat salju turun meskipun termometer menunjukkan suhu sedikit positif. Biasanya, salju yang jatuh saat suhu di atas 0°C akan terasa lebih lembap dan berat, atau mulai mencair segera setelah menyentuh tanah.
Fakta ini penting dalam prakiraan cuaca, karena bisa menjelaskan kenapa kadang turun salju meski “terasa tidak terlalu dingin”.
5. Salju Pernah Turun di Gurun Sahara
Gurun Sahara terkenal sebagai salah satu tempat terpanas dan terkering di dunia, dengan suhu yang bisa mencapai lebih dari 50°C di siang hari. Tapi siapa sangka, salju pernah turun di sana — dan bukan cuma sekali!
Salah satu peristiwa paling terkenal terjadi pada Desember 2016, ketika salju menutupi bukit pasir merah di sekitar kota Ain Sefra, Aljazair. Pemandangan langka itu membuat dunia terpukau: lapisan putih salju di atas gurun oranye menciptakan kontras yang luar biasa.
Sejak itu, salju tercatat turun lagi beberapa kali, seperti pada Januari 2018 dan Januari 2022. Meski biasanya hanya berlangsung singkat dan tidak tebal, fenomena ini tetap mencengangkan.
Apa penyebabnya?
Salju di Gurun Sahara bisa terjadi ketika:
- Udara dingin dari Eropa atau Kutub Utara bergerak jauh ke selatan dan bercampur dengan udara lembap.
- Kondisi ini menciptakan tekanan rendah dan menurunkan suhu secara drastis, cukup untuk membentuk hujan salju, terutama di wilayah gurun yang memiliki ketinggian tinggi, seperti Ain Sefra yang berada di dataran tinggi Atlas.
Meskipun sangat jarang, peristiwa ini menjadi pengingat bahwa cuaca ekstrem bisa terjadi di mana saja, terutama dengan adanya perubahan iklim global.
Mengapa Salju Tidak Turun di Indonesia?

Sumber foto by: https://id.pinterest.com/pin/94505292175949759/
Salju hanya bisa terbentuk dalam suhu yang sangat dingin, biasanya di bawah 0°C. Sementara itu, Indonesia adalah negara yang terletak di sekitar garis khatulistiwa (ekuator), yang membuatnya memiliki iklim tropis.
Berikut alasan utama mengapa salju tidak turun di sebagian besar wilayah Indonesia:
🌡️ Suhu Terlalu Hangat
- Rata-rata suhu di wilayah Indonesia berada antara 25–32°C.
- Suhu ini terlalu panas untuk membentuk atau mempertahankan salju di atmosfer maupun di permukaan tanah.
🌍 Letak Geografis
- Indonesia berada di daerah tropis, yang mendapatkan intensitas sinar matahari tinggi sepanjang tahun.
- Tidak ada musim dingin seperti di negara-negara subtropis atau kutub.
🏔️ Salju Hanya Mungkin di Tempat Sangat Tinggi
- Salju sebenarnya pernah ditemukan di Indonesia, tapi hanya di puncak gunung yang sangat tinggi, seperti:
- Puncak Jaya (Carstensz Pyramid) di Papua, yang memiliki ketinggian lebih dari 4.800 meter.
- Di ketinggian tersebut, suhu bisa turun drastis, dan es atau salju bisa terbentuk — walau jumlahnya sangat terbatas dan kini semakin berkurang karena perubahan iklim.
kalau di Indonesia turun salju, itu akan jadi kejadian yang sangat luar biasa dan langka banget! Berikut beberapa hal yang kemungkinan terjadi jika salju turun di Indonesia:
- Suhu Turun Drastis
Karena salju terbentuk hanya di suhu yang sangat dingin, berarti suhu di sekitar juga harus turun sampai mendekati atau di bawah 0°C. Ini sangat berbeda dengan iklim tropis Indonesia yang biasanya panas dan lembap. - Dampak pada Kehidupan Sehari-hari
Banyak tanaman, hewan, dan manusia di Indonesia yang belum terbiasa dengan suhu dingin ekstrem. Salju bisa menyebabkan gangguan pada tanaman tropis yang sensitif terhadap dingin, dan hewan mungkin kesulitan beradaptasi. - Infrastruktur dan Aktivitas Terpengaruh
Bangunan, jalan, dan sistem transportasi di Indonesia tidak didesain untuk menghadapi salju atau es. Ini bisa menyebabkan kemacetan, kecelakaan, dan kerusakan. - Fenomena Alam yang Sangat Langka
Kalau benar-benar terjadi, ini akan jadi berita besar di seluruh dunia, karena Indonesia selama ini tidak pernah mengalami musim dingin dengan salju. - Perubahan Iklim yang Ekstrem?
Turunnya salju bisa jadi tanda perubahan iklim ekstrem yang menyebabkan pola cuaca tak biasa. Para ilmuwan pasti akan sangat memperhatikannya.
Intinya, kalau salju turun di Indonesia, itu akan jadi kejadian yang sangat aneh dan menimbulkan banyak perubahan besar, baik untuk alam maupun kehidupan manusia.
Tunggu apa lagi? Yuk, ajak bestie atau keluarga kamu ke Royal ole2 untuk berbelanja oleh-oleh,tersedia 2000 varian oleh oleh didalam nya.
Cari produk oleh oleh lainya cuma di Royal Ole2
Jangan lewatkan update royalole2 di Instagram Royal Ole2